Sejarah Perkembangan Slot Online Di Indonesia Dari Tahun Ke Tahun

Sejarah Munculnya Uang

Sejarah Uang di Berbagai Bangsa

Saat ini kita tengah membicarakan tentang sejarah uang, maka tidak afdol rasanya apabila tidak membahas sejarah uang yang ada di berbagai bangsa di dunia. Yuk simak ulasan berikut!

Permainan Bertanggung Jawab

KACANG99 selalu mendorong pemain untuk bermain dengan bijak dan bertanggung jawab. Platform ini menyediakan fitur pengaturan batas deposit dan waktu bermain untuk membantu pemain mengelola aktivitas mereka secara sehat. Ingatlah bahwa perjudian online adalah bentuk hiburan, bukan sumber penghasilan.

Jika Anda mencari platform slot online yang terpercaya dengan RTP tinggi, permainan berkualitas, dan layanan pelanggan yang luar biasa, KACANG99 adalah pilihan yang tepat. Dengan berbagai fitur unggulan, promosi menarik, dan komitmen terhadap keamanan, KACANG99 telah menjadi destinasi favorit bagi para penggemar permainan daring.

Jangan ragu untuk bergabung dan nikmati pengalaman bermain yang tak tertandingi bersama KACANG99!

Sejarah Uang – Grameds pasti sudah tidak asing dengan keberadaan uang. Yap, uang berapapun nominalnya itu, telah menjadi alat dalam sistem transaksi jual beli yang dilakukan antar manusia. Seseorang tidak mungkin mendapatkan uang dari usahanya sendiri saja, sebab manusia adalah makhluk sosial, maka dalam memperoleh uang pun juga diiringi dengan interaksi bersama manusia lain.

Berbicara mengenai sejarah uang, pasti Grameds tahu bahwa sebelum uang itu ada, orang-orang pada zaman dahulu menggunakan sistem barter untuk proses transaksi jual beli ini. Meskipun sebenarnya, sistem barter ini masih banyak dilakukan terutama di pedesaan, dengan saling menukarkan bahan-bahan sembako dan berbagai jenis sayuran.

Keberadaan uang saat ini ternyata sudah berkembang lho seiring dengan perkembangan zaman. Tak jarang, masyarakat sudah banyak yang beralih ke dompet digital yang tentu saja uang di dalamnya berbentuk digital.

Lalu, bagaimana sih sejarah uang itu? Mengapa sistem barter digantikan begitu saja oleh uang sebagai alat transaksi jual beli? Apa yang dimaksud dengan uang digital?

Nah, supaya Grameds memahami akan hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

Sejarah Uang pada Bangsa Mesir Kuno

Zaman Mesir Kuno itu terbagi menjadi dua fase yakni Kerajaan Mesir Lama (3000 SM) dan Kerajaan Mesir Pertengahan (2160-1788 SM). Pada kala itu, yang dijadikan sebagai alat tukar adalah emas.

Sejumlah suku di pedalaman telah mengenal emas menjadikannya sebagai alat budaya, khususnya sebagai perlengkapan persembahan spiritual kuno. Bahkan, mereka juga memakamkan Raja Tutankhamen dalam sebuah peti emas.

Sejarah Uang Pada Bangsa Persia

Pada bangsa Persia, mereka mengadopsi percetakan uang dari bangsa Lydia setelah melakukan upaya penyerangan terhadap Kerajaan Lydia di tahun 546 SM. Awalnya, uang dicetak dalam bentuk persegi empat, kemudian mereka mengubahnya menjadi bentuk bundar dan di atasnya diukir gambar tempat peribadatan.

Sejarah Uang pada Bangsa Lydia

Bangsa Lydia berada di sebuah daerah kuno di Asia Kecil, yang saat ini menjadi bagian sebuah provinsi di Turki. Dipercaya bahwa kemunculan uang itu dicetuskan oleh bangsa Lydia ini, karena kala itu mereka kesulitan dengan adanya sistem barter ketika tengah bertransaksi jual beli, kemudian memberikan ide untuk membuat uang.

1.      Sejarah Perkembangan Pragmatik Di Indonesia

Di Indonesia istilah pragmatik secara nyata baru disebut-sebut pada tahun 1984, yaitu pada saat diberlakukannya Kurikulum SMA Tahun 1984. Di dalam kurikulum itu pragmatik merupakan salah satu pokok bahasan bidang studi Bahasa Indonesia. Atas dasar tuntutan kurikulum itulah, istilah itu mulai dibicarakan dan dibahas.

Buku acuan yang merupakan perintis bidang pragmatik di Indonesia pada awalnya adalah karya Tarigan (1986) berjudul Pengajaran Pragmatik. Buku ini masih sangat umum, deskripsi tentang topik-topiknya sangat terbatas dan sekadar mengatasi kelangkaan bahan ajar bidang itu. Nababan (1987) mencoba pula menerbitkan buku Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya), yang juga masih banyak mengandung kekurangan. Sementara itu, Tallei (1988) mencoba mendeskripsikannya agak mendalam. Topik-topik bahasannya antara lain tindak tutur (speech act), implikatur, dan praanggapan (presupposition). Sayang sekali karya Tallei ini tidak mencakup semua topik pragmatik dan bahasannya hanya merupakan bagian dari karya yang berjudul Analisis Wacana.

Tahun 1990, Purwo menerbitkan buku yang berjudul Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Buku ini merupakan gugatan atas perlakuan terhadap pragmatik di Indonesia dengan mencoba meluruskan pengertiannya. Baginya cabang linguistik ini dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu (1) pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan, dan (2) pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai tindakan mengajar. Buku Purwo ini hanya membahas empat hal saja, yaitu dieksis, praanggapan, tindak ujaran, dan implikatur percakapan. Keluasan cakupan bahasan inilah yang menjadi kelemahan buku tersebut.

Di tahun 1990 juga, Suyono menerbitkan buku yang berjudul Pragmatik: Dasar-Dasar dan Pengajarannya. Sayangnya, buku ini tidak membahas secara mendalam seluruh topik yang disajikan. Bahasan Lubis (1993) dalam karyanya Analisis Wacana Pragmatik agak mendalam. Meski demikian, karya ini hanya membahas dari aspek analisis wacana. Aspek-aspek lain belum disentuhnya. Hal serupa juga terjadi dalam karya Ibrahim (1993) yang berjudul Kajian Tindak Tutur, yang hanya mengupas satu topik saja, yaitu tindak tutur.

Pada tahun 1996 terbit buku Dasar-Dasar Pragmatik karya Wijana. Buku ini sebenarnya menuju ke arah pragmatik yang sebenarnya. Topik-topik bahasannya cukup banyak, dari situasi tutur, tindak tutur, jenis tindak tutur, presupposisi, implikatur, emtailment, kalimat analitis -kontradiktif- sintetis, prinsip kerjasama, prinsip kesopanan, sampai dengan parameter pragmatik. Hanya saja deskripsi di dalam karya ini masih sangat terbatas, berkecil-kecil, dan bersifat anomalitis.

Penelitian tentang pragmatik di dalam rangka disertasi telah dilakukan oleh Purwo (1984). Pokok persoalan penelitian itu adalah diesksis. Penelitian ini merupakan perintis penelitian tentang pragmatik di Universitas Indonesia. Rintisan penelitian bidang pragmatik dilakukan pula oleh Rofiudin (1994) dari IKIP Malang, dengan topik bahasan tentang sistem pertanyaan dalam bahasa Indonesia.

Penelitian lain yang berkaitan dengan pragmatik dilakukan oleh Gunarwan, peneliti Universitas Indonesia. Tahun 1992, ia meneliti persepsi kesantunan direktif di dalam bahasa Indonesia di antara beberapa kelompok etnik di Jakarta. Direktif dan sopan santun bahasa di dalam bahasa Indonesia merupakan topik penelitian pragmatik Gunarwan (1995) berikutnya. Temuannya ialah bahwa ada kesejajaran antara ketidaklangsungan tindak tutur direktif dan kesantunan pemakaiannya. Hanya saja kesejajaran itu tidak selamanya berlaku.

Penelitian pragmatik dalam bahasa Indonesia dengan latar budaya Jawa telah dilakukan Gunarwan (1993 dan 1997). Penyelidikan Gunarwan (1993) berpokok bahasanan kesantunan negatif di kalangan dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta dengan menerapkan kajian sosiopragmatik. Pada tahun 1997 ia juga menghasilkan karya penelitian di bidang ini, berupa karya tentang tindak tutur melarang di dalam bahasa Indonesia di kalangan penutur jati bahasa Jawa. Makalahnya telah disajikan dalam Kongres Linguistik Nasional di Surabaya tanggal 7-11 November 1997.

Dalam bahasa Jawa telah pula dilakukan penelitian tentang cabang linguistik ini, yaitu oleh Ngadiman (1994) dan Gunarwan (1996). Ngadiman (1994) meneliti implikatur percakapan di dalam bahasa Jawa di Yogyakarta. Penelitian ini memperoleh temuan bahwa bahasa Jawa kaya akan implikatur percakapan. Bentuk-bentuk figuratif di dalam bahasa Jawa seperti sanepa, wangsalan, dan bebasan merupakan realisasi implikatur percakapan bahasa Jawa di Yogyakarta.

Sementara itu, Gunarwan (1996) telah melakukan penyelidikan tentang tindak tutur mengkritik dengan parameter umur di kalangan [enutur jati bahasa Jawa dan implikasinya pada usaha pembinaan bahasa. Hasil penelitian ini disajikan dalam Kongres Bahasa Jawa di Batu, Malang. Ia menarik simpulan bahwa bentuk kritik di kalangan orang Jawa sejalan dengan gradasi umur. Realisasi tindak tutur mengkritik di antara penutur bahasa Jawa tidak berbeda karena faktor jenis kelamin. Simpulan penting lainnya adalah bahwa orang muda Jawa lebih langsung dalam mengemukakan kritik daripada orang tua.

Berdasarkan deskripsi itu dapat dinyatakan bahwa kajian bidang pragmatik di Indonesia masih sangat terbatas. Implikatur percakapan sebagai fenomena terpenting di dalam bidang ini baru diteliti beberapa orang. Penelitian yang dilakukan itu pun belum memadai sebagai karya pragmatik yang mendalam. Karya Soedjatmiko (1992) tentang aspek linguistik dan sosiokultural di dalam humor dan Wijana (1996) tentang wacana kartun di dalam bahasa Indonesia bukanlah tentang implikatur percakapan.

2.      Sekilas Perbedaan Pragmatik, Sintaksis, Semantik, dan Sosiolinguistik

Perbedaan pragmatik, sintaksis, semantik, dan sosiolinguistik dapat dijelaskan secara ringkas seperti berikut.

Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang Press.

KACANG99 adalah platform permainan slot online yang dirancang untuk memberikan pengalaman bermain terbaik bagi para penggemar permainan daring. Dengan tingkat Return To Player (RTP) yang mencapai hingga 99%, KACANG99 menjadi salah satu situs favorit di Indonesia untuk para pemain yang mencari peluang kemenangan tinggi.

Situs ini menawarkan berbagai jenis permainan yang menarik, mulai dari slot klasik hingga tema modern yang inovatif. Didukung oleh penyedia permainan terkenal seperti Pragmatic Play, KACANG99 memastikan setiap pemain mendapatkan hiburan berkualitas tinggi dan peluang untuk memenangkan hadiah besar.

KACANG99 tidak hanya dikenal karena RTP-nya yang tinggi, tetapi juga karena layanan pelanggan yang responsif dan ramah. Dengan layanan pelanggan 24/7, setiap pemain dapat dengan mudah mendapatkan bantuan kapan pun diperlukan. Selain itu, KACANG99 menyediakan metode pembayaran yang fleksibel dan aman, memastikan kenyamanan dalam setiap transaksi.

Sebagai platform yang terpercaya, KACANG99 juga memastikan transparansi dalam semua aktivitasnya. Setiap permainan menggunakan teknologi Random Number Generator (RNG) untuk menjamin keadilan dan integritas.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Sejarah Uang

Loading to Sejarah Indonesia Perkembangan Manusia Purba Di Indonesia....

Mengenal Apa Itu Sistem Barter?

Sebelum membicarakan tentang sejarah uang, akan lebih baik apabila Grameds memahami apa sih sistem barter itu.

Barter adalah sistem transaksi yang pertama kali digunakan para manusia, sebab pada zaman dahulu, manusia belum mengenal apa itu uang. Sistem transaksi barter ini berupa pertukaran antara barang dengan barang, jasa dengan jasa, barang dengan jasa, atau bahkan sebaliknya.

Pada masa lalu, orang atau sekelompok orang sudah merasa bahwa mereka membutuhkan sesuatu yang dihasilkan oleh pihak lain. Selain itu, populasi orang juga semakin meningkat, menyebabkan mereka harus memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama dengan “menggunakan” barang atau jasa yang telah dihasilkan oleh pihak lain.

Maka dari itu, muncullah ide untuk saling menukarkan barang atau jasa. Syarat utama dari pelaksanaan sistem barter ini adalah harus ada orang yang ingin saling menukar barang atau jasa, dan mereka harus saling membutuhkan.

Namun, seiring perjalanannya, sistem barter justru menemui berbagai kendala, diantaranya:

Contohnya, 12 buah jeruk seharusnya memiliki nilai yang sama dengan berapa satu kilogram gandum, tetapi orang-orang belum dapat menentukan standar tersebut sehingga mereka asal-asalan menukarnya.

Kelemahan dari sistem barter adalah ketika hendak bertransaksi, harus ada dua belah pihak yang memiliki barang yang dibutuhkan satu sama lain. Contohnya, ada seseorang yang memiliki gandum, dirinya hendak menukarkan gandum tersebut dengan buah semangka. Itu berarti, dirinya harus mencari seseorang yang mempunyai buah semangka yang sekaligus tengah membutuhkan gandum.

Apabila ternyata pemilik semangka tidak menginginkan gandum tersebut, maka transaksi barter menjadi batal.

Contohnya, ada seseorang yang memiliki seekor ayam dan ingin menukarkannya dengan sebuah meja. Sementara seekor ayam tersebut hanya bernilai sama dengan separuh meja saja. Maka pemilik meja akan kesulitan untuk memecah atau membagi meja tersebut menjadi nilai yang sesuai.

Terutama pada barang yang memiliki jumlah banyak atau ukuran besar, maka pemilik barang tersebut akan kesulitan dalam membawa hartanya kesana-kemari. Belum lagi, harus menemukan orang yang mau setuju untuk menukarkan barangnya tersebut.

Terlebih lagi apabila barang yang hendak ditukar adalah buah-buahan, pasti akan cepat membusuk. Apabila sudah busuk, pasti sudah tidak bisa dijadikan sebagai alat bertransaksi.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, muncullah beberapa pemikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu sebagai alat tukar. Benda-benda tersebut biasanya adalah yang dapat diterima oleh umum, memiliki nilai tinggi, dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer. Contohnya adalah garam, emas, kulit hewan, batu-batuan berharga, logam, kulit pohon, hingga kerang yang memiliki bentuk indah.

Pada zaman Romawi kuno, mereka menggunakan garam sebagai alat tukar dan alat pembayaran upah. Sementara itu pada bangsa Arab, mereka menggunakan unta dan kambing sebagai alat bertransaksi. Ada lagi di masyarakat Tibet yang menggunakan teh-teh ikat sebagai alat tukar.

Meskipun pemikiran ini tergolong lebih maju daripada sistem barter, tetap saja terdapat kelemahan yang menjadikan masa uang barang ini semakin lama semakin berganti. Beberapa permasalahan  yang muncul dari penggunaan uang barang ini antara lain:

Atas adanya kelemahan-kelemahan yang didapatkan dari masa uang barang tersebut, memunculkan ide baru untuk menciptakan uang logam. Logam dipilih sebagai alat tukar sistem transaksi sebab memiliki nilai yang tinggi, tahan lama, tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah dibawa. Logam yang biasa dipakai sebagai alat transaksi pada era ini adalah emas dan perak.

Pada zaman itu, suatu negara akan dianggap telah mempraktikkan sistem uang emas apabila negaranya telah memiliki standar emas dalam proses transaksi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya transaksi perdagangan, maka akan memberikan keuntungan bagi masyarakat, sehingga harta mereka juga makin meningkat.

Nah, mereka akhirnya memikirkan sebuah tempat yang aman untuk menitipkan uang-uang logamnya ke tempat tersebut, karena takut akan risiko pencurian. Biasanya, mereka akan menyimpannya di tukang emas atau pemuka agama.

Pihak-pihak yang dijadikan sebagai tempat “titipan” itu akhirnya memberikan mereka akta berbentuk kertas yang berisikan janji pihak penerima titipan. Akta-akta ini mendapatkan sambutan baik karena diterbitkan oleh seseorang atau lembaga yang mempunyai reputasi keuangan yang terpandang di suatu negara. Kemunculan akta-akta inilah yang menjadi pencetus dalam kemunculan sistem uang kertas.

Kepercayaan masyarakat semakin tumbuh terhadap adanya akta perjanjian yang diterbitkan lembaga keuangan, justru menjadikannya sebagai alat yang masuk ke dalam peredaran transaksi. Jadi, dapat disebut bahwa akta-akta ini bernilai sama dengan uang dan bahkan digunakan secara langsung untuk membeli barang atau jasa.

Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat menjadi tidak lagi menggunakan emas secara langsung ketika tengah bertransaksi. Sebagai gantinya, mereka akan menjadikan akta tersebut sebagai alat tukar.

Uang digital tentu saja akan muncul seiring berkembangnya teknologi. Untuk menyelesaikan transaksi ekonomi, banyak pihak yang enggan untuk membawa uang tunai. Mereka lebih suka menyimpannya di dalam rekening bank atau bahkan melakukan top-up, yakni dengan menukarkan uang tunai mereka menjadi bentuk digital.

Penggunaan uang digital ini justru lebih efisien, sebab dapat mudah dibayarkan melalui internet, sms, hingga mobile banking. Uang digital yang saat ini tengah populer misalnya ShopeePay, Dana, Ovo, hingga GoPay.